Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Titik Itu, Aku dan Engkau | Wajah-Mu di Segala | Kitab Najis - Cindy Neo

 


Titik itu, Aku dan Engkau


Ada ruang

yang tak berbentuk

tak bernama

tapi nyata—

di sanalah cinta kita berjumpa,

Tuhan.


Tak ada waktu

tak ada suara

hanya denyut yang menelusup

lalu hening yang bicara.


Aku tak datang ke sana—

akulah yang lenyap.

Dan saat segalanya sirna,

yang tersisa hanya satu

titik

tempat Engkau menunggu

tanpa menuntut

tempat Aku pulang

tanpa harus mencari.


Di titik itu,

segala luka merunduk

segala nama meleleh

dan hanya satu yang tersisa:

Aku dan Engkau

dalam sunyi


yang bersujud

tanpa kata.


Pekanbaru, 2025



Wajah-Mu di Segala


Di tawa, di tangis,

di riuh pasar, di sunyi kamar—

Engkau menjelma,

dalam rupa yang tak tunggal

tapi selalu utuh.


Setiap getar adalah panggilan,

setiap momen: ruang sembah.

Aku tak lagi mencari,

sebab Engkau telah hadir

dalam segala

yang berani kulihat

dengan mata yang pasrah.


Pekanbaru, 2025


Kitab Najis


Aku menulis diriku

dengan luka sebagai tinta,

di atas tubuh yang tak suci,

tapi terlalu jujur untuk dibersihkan.


Kitab ini bukan suci—

ia ditulis dari air mata

yang tak sempat jadi doa,

dan pelukan semu

yang kutukar dengan kehampaan.


Malaikat enggan membacanya,

tapi Tuhan—

Tuhan tetap membuka setiap halaman,

dengan jemari kasih

yang tak pernah jijik pada kotoranku.


Dan di antara noda itu,

ada satu kalimat yang bersinar:


“Aku tak tahu bagaimana kembali,

tapi aku masih ingin pulang.”


Lalu kitab yang najis,

menjadi wahyu

di mata-Nya.


Pekanbaru, 2025


Submer Ilustrasi:

___

Bionarasi:


Cindy Neo. Kelahiran Pekanbaru, 16 April 1994. Seorang penulis dan pekerja seni yang lahir dari tanah Melayu, tumbuh bersama kata, dan bekerja di dunia visual—sebagai perupa momen dalam bidang dekorasi. 

Sejak kecil, ia telah menemukan dirinya tenggelam dalam tulisan. Baginya, menulis adalah cara menyelamatkan diri dari banjir emosi, kenangan, dan percakapan yang tak sempat diucapkan.

“Aku menulis karena ingin mengalirkan segala yang mengendap di dalam kepala.”

Ia percaya bahwa tulisan bukan sekadar rangkaian kata, tetapi ruang untuk berdamai, bertumbuh, dan mendengarkan suara batin yang kerap terlupakan.

Telah bergabung di berbagai komunitas sastra seperti Malam Puisi Pekanbaru, Paragraf, dan Asqa Imajination School (AIS).

Puisinya dimuat di Ranah Riau. Ia terus melangkah sebagai pejalan rasa—yang menyulam kata menjadi jembatan penyembuhan.

Moto hidupnya: “Aku hidup untuk menjadi saluran manfaat—melalui kata dan rasa.”

IG: @pejalancinta_




Posting Komentar untuk "Titik Itu, Aku dan Engkau | Wajah-Mu di Segala | Kitab Najis - Cindy Neo"